Kritik Konstruktif Versus Kritik Tendensius, Sebuah Cermin Kapasitas Diri

Kritik konstruktif maupun kritik tendensius yang disampaikan oleh seseorang pada dasarnya merupakan cerminan dari kapasitas dan kapabilitas seseorang tersebut.
Jikalau seseorang mengkritik orang lain dilakukan tanpa tendensi apapun, maka sadar atau tidak sadar, sebenarnya seseorang tersebut berharap agar orang lain berkarya dan berbuat lebih baik lagi.

Hal ini bagus, karena bisa jadi orang yang dikritik membuat keputusan terlalu tergesa-gesa, dengan pertimbangan yang kurang matang pula, melihat masalah dari sudut yang sempit. Jika ini yang terjadi maka pembuat keputusan atau orang yang sedang dikritik harus berterima kasih kepada sang pemberi kritik. Karena dengan kritik tersebut, pembuat keputusan menjadi tidak salah langkah, kekeliruan dapat diperbaiki, serta memandang dari ruang sempit beralih kepada ruang yang lebih luas.

Akan tetapi jika kritik dilakukan dengan tendensi, maka sebenarnya sang pemberi kritik sedang memaksakan agar keadaan berpihak untuk kepentingan dirinya, biasanya demi kepentingan individu atau kepentingan kelompoknya.

Tentu saja kritik tersebut tidak disebutkan untuk kepentingan individu atau kelompok, akan tetapi untuk bersama dan untuk kepentingan umum. Dan tentunya tidak sama antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama, tidak sama antara antara kepentingan kelompok dengan kepentingan umum, tidak sama antara kepentingan yang sempit dengan kepentingan yang lebih luas.

Kritik semacam ini munculnya individu yang mengkritik karena merasa kebijakan organisasi tidak sejalan dengan kepentingan pribadinya. Tentu saja kepentingan umum, kepentingan yang lebih luas dan kepentingan bersama tidak mungkin menyesuaikan diri dengan kepentingan individu dan kepentingan golongan.

Karena yang menanggung akibatnya sangat luas, sistemik dalam jangka pendek menengah dan bahkan jangka panjang. Untuk kritik jenis ini harusnya individunya sadar bahwa kritiknya bukan sedang membangun organisasi, tapi kritiknya sedang merusak bahkan menghancurkan organisasi.

Kritik konstruktif Vs Kritik tendensius

Seandainya kita aktivis, pelaku, atau pembuat kebijakan, maka lakukanlah kegiatan yang baik bagi masa depan organisasi, buatlah kebijakan dengan dasar pertimbangan kemaslahatan ummat, sudut pandang yang luas bebas dari kepentingan pribadi, sehingga apa yang kita lakukan memang benar untuk masa depan dan bukan untuk kepentingan sesaat serta tidak untuk kepentingan pragmatis apalagi memperkaya diri.

Jika kita memberikan kritik juga harusnya menyadari dengan mengkritik berarti berharap banyak agar orang lain yang akan melakukan perubahan, bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Harus disadari jika energi untuk mengkritik orang lain sangatlah besar, oleh karena itu sejatinya bisa digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka memperbaiki dan menjalankan roda organisasi serta memaksimalkan potensi diri.

Hasilnya jauh lebih bisa diharapkan, kita bisa mengevaluasi diri kita, berinovasi, dan berkreativitas.

Sehingga tidak ada kesan bahwa kita hanya mampu mengkritik saja, ditambah lagi bila seorang pengkritik minim dalam hal karya, biasanya kritikannya tidak akan mampu untuk merubah apapun, orang akan 'mafhum' bahwa kemampuannya hanya sebatas itu saja, sebatas mengkritik saja, yaitu kemampuan yang paling rendah levelnya. (*)


ditulis oleh:
Amri Gunasti, ST., MT
Staf Pengajar Univ. Muhammadiyah Jember
Anggota MPK PDM kab. Jember
Lebih baru Lebih lama