(Menelaah) Kesalehan Sosial

Kesalehan sosial dalam ber-Islam
Kesalehan adalah suatu tindakan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain, serta dilakukan atas kesadaran ketundukan pada ajaran Tuhan (Mulkhan, 2005). Sedangkan Kesalehan Sosial merupakan tindakan amal saleh yang bermanfaat bagi dimensi sosial baik sesama manusia maupun makhuk lain.

Menurut Mulkhan (2005) ajaran Islam tentang rahmatan lil alamin (global) hanya akan berfungsi efektif manakala tafsirnya di letakkan dalam tubuh sejarah kemanusiaan. Hal ini berjalan selaras dengan Pancasila pada sila ke-2 tentang kemanusiaan yang adil dan beradab.

Praksis gerakan Islam global tersebut akan menjadi solusi bagi perdamaian dan keselamatan umat manusia manakala dipahami dan ditafsir bagi kepentingan kemanusiaan.

Seringkali kita telah merasa bahwa ibadah kita seperti shalat, dzikir dan puasa sudah cukup sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pergi ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji, bahkan dilakukan hampir tiap tahun sudah di anggap cukup untuk menggapai cinta dari Allah SWT.

Padahal, ibadah tersebut merupakan ibadah yang sifatnya “egois” yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Kita mungkin sedang keasyikan beribadah secara “egois” sehingga sampai lupa kepada saudara dan tetangga sekitar kita yang tengah kelaparan, tidak memiliki rumah dan pakaian. Padahal Tuhan hadir bersama kaum mustad’afin yang selama ini mungkin kita lupa untuk menyantuninya.

Suatu saat Tuhan melalui khidlir bertanya kepada Nabi Musa tentang ibadah yang langsung sampai kehadirat Tuhan. Lalu, Musa menjawab seperti jawaban kita pada umumnya bahwa ibadah itu adalah shalat, dzikir, puasa dan haji.

Khidir kemudian menyatakan bahwa ibadah tersebut merupakan kewajiban sebagai konsekuensi penciptaan manusia itu sendiri sehingga tidak langsung sampai pada Tuhan.

Kemudian Khidlir memberi tahu kepada Musa bahwa ibadah yang langsung sampai pada Tuhan adalah memberi makan orang yang sedang kelaparan, memberi pakaian kepada orang yang tidak mampu membelinya dan menolong orang yang teraniaya.

Pelajaran kemanusiaan dalam Al-Ma’un tidak cukup di hafal di lisan saja melainkan harus di terjemahkan kedalam bentuk yang nyata seperti apa yang disampaikan khidlir di atas.

Jika kita tarik benang merah dari apa yang di sampaikan khidlir tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemanusiaan adalah inti dari kesalehan sosial yang mampu menyeimbangkan ibadah individualistik dan ibadah sosial yang diperintahkan Allah SWT dalam (QS.3:112). (*)


Ditulis Oleh :
Kamiludin, S.Kep.Ners
Aktivis Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Jember
Ekskutif Lazismu Kab. Jember
Lebih baru Lebih lama