Seyogyanya perempuan berjihad politik, karena sesungguhnya perempuan adalah garda terdepan untuk generasi berkualitas |
Kalau melihat kenyataan sejarah, wanita pernah menjadi manusia tiada berharga. Ratusan tahun di kerajaan Romawi, wanita diperdagangkan seperti hewan, kalaupun ada yang cantik dan dari kalangan bangsawan, dijadikan hadiah atau simbol ketundukan.
Di timur pun terbentang dari kerajaan Persia, hingga Nabi SAW lahir dan tumbuh dewasa di jazirah arab, wanita masih dianggap pelengkap dan barang dagangan.
Masyarakat jahiliah Makkah, pun tradisi membunuh atau mengubur hidup-hidup anak yang lahir karena malu dan menjadi aib keluarga.
Padahal pada wanita dari zaman romawi, persia hingga Makkah jahiliah, adalah tetap seorang yang terhormat, bukankah dari rahim perempuan mereka lahir?, namun menggapa mereka tidak pernah mengganggap perempuan itu penting dan terhormat, semua berpulang pada pemahaman dan sifat hewaniyahnya.
Era baru telah datang, ajaran para nabi sangat menonjolkan peran perempuan, Sarah, Maryam, Istri Fir’aun Maryam contoh-contoh perempuan hebat, mendidik anak anak yang hebat.
Terlebih Islam, sangat melarang menyakiti perempuan. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang menyebutkan bahwa Ghailan ibnu Salamah ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu masuk Islam dalam keadaan memiliki sepuluh istri yang dinikahinya di masa jahiliah, dan para istrinya ini masuk Islam bersamanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan agar Ghailan memilih empat dari mereka (dan menceraikan yang lain). (HR. at-Tirmidzi no. 1128)
Era sekarang, di kala perempuan menggambil peran hampir semua bidang, termasuk politik meski peran itu keras tidak ada salahnya diambil. Asalkan, mampu menempatkan dirinya dengan baik. Dia bisa mewakili peran kaumnya. Di dalam politik sesungguhnya peran perempuan sangatlah strategis, selain sebagai penyeimbang dalam pengambilan kebijakan perempuan juga dapat memberikan sumbangsih pemikiran pada bidang-bidang yang tidak terfikirkan oleh laki-laki. Selama ini stigma perempuan di politik hanya sebagai pelengkap kuota perempuan seperti yang diamanatkan undang-undang, sehingga seringkali perempuan di politik hanya dianggap ayam sayur yang tidak dapat memberikan sumbangsih apa-apa dan hanya duduk sebagai pemanis. Padahal sesungguhnya perempuan punya kemampuan yang sama bahkan kadang lebih detil dalam mengambil sebuah kebijakan, terbukti hari ini banyak perempuan yang berminat masuk dalam ranah politik dengan masuk dalam legislatif bahkan masuk lebih jauh dalam eksekutif, di beberapa daerah ada bupati atau walikota perempuan yang berprestasi karena telah memajukan daerahnya saat dia menjadi pemimpin suatu wilayah. Banyak perempuan yang sebenarnya punya pemikiran cerdas dan brilian, ruang juga sudah diberikan, tinggal niat dan kemauan saja, jika perempuan sudah mulai sadar akan kekuatan dan kemampuannya, dan didukung oleh keluarga maka tidak menutup kemungkinan perempuan bisa berjihad di bidang politik dengan menghasilkan kebijakan yang di butuhkan ummat. Jihad politik artinya ada yang diperjuangkan melalui kelembagaan terkait dengan berbagai macam kepentingan umat yang itu diwujudkan dalam sebuah kebijakan. Misalnya, calon legislatif perempuan harus mampu menyuarakan apa yang dibutuhkan umat terkait pendidikan baik formal maupun non formal.
Ditengah-tengah masyarakat tidak mampu, kepedulian terhadap dampak teknologi dan informasi yang sangat deras dan sulit dibendung perkembanganya, sehingga perlu adanya kebijakan khusus terkait dengan itu. Karena bagaimanapun juga perempuan juga tidak bisa lepas dari tugas utamanya, yaitu mempersiapkan generasi yang bisa menjadi pemimpin umat, sehingga disanalah peran perempuan sebagai seorang ibu disalurkan dalam ranah politik dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan manfaat untuk mempersiapkan generasi penerus umat. Pun demikian di bidang kesehatan, perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi remaja, yang lebih penting adalah lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembangnya anak-anak. Lebih lagi dibidang sosial kemasyarakatan, anak-anak jaman Now yg sejak kecil sudah berinteraksi dengan gadget, dengan fasilitas yang selalu tersedia disekitarnya, tentu sangat perlu perhatian ekstra. Dan tentu ini perlu kebijakan politik yg harus dilakukakn oleh eksekutif maupun legislatif sebagai wujud dari jihad politik perempuan.
Banyak yang bisa dilakukan perempuan dalam jihad politik selain persoalan pendidikan, kesehatan maupun sosial. Kepedulian perempuan tentang perekonomian, bagaimana perempuan dengan perempuan lainnya saling menguatkan di bidang ini. Munculnya lembaga keuangan mikro menengah, sebagai salah satu produk kebijakan untuk perempuan, dimana simpan pinjam mikro yg berputar di tingkat dusun bisa menjadi solusi keuangan mereka tanpa bunga hanya infaq seikhlasnya. Perhatian terhadap beredarnya daging sapi maupun ayam, meski seolah sederhana jika tidak ada perhatian khusus maka dampaknya masyarakat bisa saja mengkonsumsi daging haram, seperti daging celeng yang dioplos dengan daging sapi (sempat terjadi di Kabupaten Jember) dan daging ayam tiren, yang bukan saja terkait halal haramnya namun juga terkait dengan kesehatan, bisa saja masyarakat terkena penyakit karena makan daging tersebut. Peran pengawasan inilah yang juga menjadi penting, karena berkaitan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat yang notabene untuk anak-anak kita juga. Masih banyak lagi yang bisa dilakukan perempuan dalam jihad politik.
Jihad politik akan menentukan bagaimana keberlangsungan generasi kita yang akan datang. Karena baik buruknya generasi itu juga selain tergantung kepada ibunya, juga lingkungan yang membesarkannya. Oleh karena itu, tidak ada yang salah jika perempuan mulai sadar dari tidur panjangnya untuk terlibat di dalam menentukan arah kebijakan pemerintah. Seyogyanya perempuan berjihad politik, karena sesungguhnya perempuan adalah garda terdePAN untuk generasi berkualitas.
Selamat Berjihad Politik!!
oleh : Lilik Ni'amah (Sekretaris Lembaga Hikmah & Kebijakan Publik PDM Jember 2015-2020; Anggota Komisi D DPRD Kab. Jember 2014-2019)