Iwan Setiawan (kiri) dan Mustofa Nahrawardaya (kanan) mengisi materi di Silaturahmi Pengelola Media Muhammadiyah |
Ajang silaturahmi pengelola media Muhammadiyah yang diadakan di gedung PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro pada Sabtu (24/3/2017) lalu membuka pengetahuan peserta bahwa Muhammadiyah tertinggal dalam hal kemampuan media massa baik online, cetak, televisi maupun radio.
Dalam acara tersebut, pada sesi materi disampaikan data serta realitas kekuatan penggunaan teknologi dunia maya, dan juga kesiapan Persyarikatan Muhammadiyah dalam menyikapi cyber war.
Sesi materi pertama disampaikan oleh Wakil Sekretaris Majelis Pustaka & Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, Iwan Setiawan. Iwan Setiawan menyampaikan realitas bahwa dalam hal penguasaan informasi (syiar) digital / cyber di beberapa lini Muhammadiyah kalah, baik dari beberapa organisasi dakwah lain, maupun kelompok/komunitas religi. Hal ini bisa dilhat dari parameter ranking alexa, pencarian di google dan sosial media. Padahal menurut Iwan, Persyarikatan Muhammadiyah berdiri lebih dari 1 abad dan Muhammadiyah tersebar secara sistematis dan organisatoris secara resmi. Belum lagi jika dilihat para kader dan warga Muhammadiyah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di penjuru dunia yang merupakan sebuah jejaring besar.
Iwan juga menunjukkan info grafis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet di Indonesia berdasar survei tahun 2016 oleh Polling Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Dari hasil polling itu didapatkan data yang menunjukkan perkembangan dunia cyber yang semakin pesat.
“Alat media tayang saat ini sudah bergeser ke aplikasi mobile di handphone dan gadget kita,” ungkap Iwan Setiawan. Oleh karenanya, menurut Iwan, Muhammadiyah saat ini harus juga melihat aplikasi media sosial sebagai perhatian yang tidak bisa dikesampingkan. Perlu strategi berjejaring dalam dimensi ideologis serta meyakini bahwa semakin banyak dan beragam saluran media semakin baik bagi dakwah Muhammadiyah.
Sementara itu, Mustofa Nahrawardaya pegiat sosial media yang juga anggota MPI PP Divisi Broadcasting dan Informasi Publik dalam materinya lebih menyoroti kesiapan Muhammadiyah menuju cyber war.
Menurut Mustofa, Muhammadiyah sangat berkepentingan dalam penguasaan dunia maya, dan penting pula berani berbeda dari netizen lainnya. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar harus memiliki media, bisa memanfaatkan media, menjalankan dakwah dengan sistem operasi terpadu dengan prinsip berjamaah, tertib dan taat prinsip.
“Warga Muhammadiyah itu muslim sejati, harus berani meluruskan yang bengkok bukan hanya mengajak dakwah pada jalan kebenaran,” ungkap Mustofa.
Menurut Mustofa di akhir pemaparan, setidaknya dengan kekuatan media dan juga media sosial Muhammadiyah baik yang resmi maupun yang berada di luar struktur, sudah semestinya Muhammadiyah juga memiliki perangkat seperti fikih jurnalistik, kode etik jurnalistik, komisi penyiaran, komisi informasi dan bahkan lembaga arbitrase Muhammadiyah. ● mag