Memilih Menjadi Pedagang

ilustrasi : Pasar apung kalimantan, memilih jadi pedagang. Photo : kabarindonesia.com
ilustrasi : Pasar apung kalimantan, memilih jadi pedagang. Photo : kabarindonesia.com
Dalam satu tatanan masyarakat. Terdapat beberapa tingkatan profesi. Ada buruh, pekerja lepas, guru, dokter, pegawai negeri, pedagang dan lain-lain. Mengapa Tuhan membuat sistem rejeki sedemikian rupa?.

Tepatnya dalam khutbah jumat beberapa waktu lalu. Saya berkesempatan memperoleh sedikit jawaban itu. Sang khotib menjelaskan bahwa perbedaan jalur rejeki diatur sedemikian rupa, satu sama lain berbeda untuk saling melengkapi. "Ada yang punya mobil, tapi tidak bisa memperbaiki kerusakannya. Sebaliknya bisa memperbaiki kerusakan mobil, tapi tidak punya uang untuk beli mobil." Demikian salah satu contoh yang disampaikan sang khotib.

Melihat audiens jamaah sholat jumat waktu itu, sebagian besar adalah buruh, dan pedagang Pasar Tanjung Jember. Saya tertarik melihat ekspresi wajah orang-orang disekitar saya. Ada yang melongo, ada yang kaget lantas memerhatikan sang khotib. Bahkan ada yang terbangun dari kantuknya.

Hemat saya, audiens ini sebagian besar berpendidikan SD sampai SMA. Karena sepintas saya cukup mengenal sebagian diantaranya. Mereka umumnya bergantung dari kegiatan jual-beli di areal Pasar Tanjung.

Tentu ada arti tersendiri. Mereka adalah buruh angkut, salesman, pelayan toko, dan pedagang umumnya. Atau pengunjung/pembeli yang kebetulan ada di sekitarnya. Termasuk saya, yang kebetulan sedang berbelanja kebutuhan barang dagangan.

Kembali pada topik awal, berasal dari lisan Rasulullah Muhammad SAW, berdagang adalah salah satu pembuka jalan memperoleh rizki. Mengapa berdagang?, Karena berdagang itu berkaitan dengan kepasrahan. Seorang pedagang harus ikhlas menyerahkan ketentuan rizki kepada Sang Pemilik Rizki. Seberapa besarnya, bilamana waktunya, dan dimana.

Berdagang juga membutuhkan kecerdasan, penyerahan diri, disiplin, dan inovasi. Kompleks sekali. Makanya boleh saja semua orang ingin bekerja, atau berprofesi menjadi dokter, guru, arsitek. Tapi profesi-profesi ini masih berada di level bawah, atau sub-ordinary.

Ordinatnya adalah Pedagang. Merekalah, sedikit orang yang mampu membuka jalan rizki orang lain. Istilah hari ini, entrepreneur, pengusaha, wirausahawan, korporasi, atau istilah semacamnya.

Pedagang adalah pemilik tempat tertinggi dari sistem kehidupan manusia. Mereka adalah sublimasi dari jawaban atas keresahan soal asal rizki. Memang yang memberikan rizki adalah Tuhan. Tapi jalannya, alurnya, dan muasalnya adalah dari jual beli. Dan pelaku utamanya adalah Pedagang.

Sebagai contoh, Rumah sakit, pemilik rumah sakit adalah pengusaha/pedagang. Sedangkan profesi Dokter, perawat, apoteker, cleaning service adalah bagian dari sistem perdagangan dibidang kesehatan. Contoh lain, Universitas, baik negeri ataupun swasta. Pemilik atau Rektor sebuah Universitas adalah pedagang. Mereka menjual jasa dibidang pendidikan. Sedangkan guru, dosen, staf lainnya adalah profesi yang mendukung sistem perdagangan dibidang pendidikan.

Dari beberapa pedagang itu, ada yang berkembang besar dan ada yang biasa saja. Puncaknya disebut dengan korporasi. Korporasi dimiliki oleh beberapa orang yang bertujuan sama, yaitu menjual produk. Apapun dilakukan korporasi demi tujuan ini. Lebih tepatnya, sebuah Negara tidak lepas dari pengaruh Korporasi.

Ada banyak jalan dan cara yang dimiliki Korporasi untuk mempengaruhi keputusan Eksekutif dan Legislatif. Tujuannya sangat sederhana, yaitu menjual produknya. Agar produk mereka dikonsumsi sebagian besar penduduk di Negara itu.

Kita harus sadar dan bijak dengan kondisi tersebut. Dunia yang kita diami adalah "sarang" para Pedagang. Ada Pedagang jujur, pedagang nakal, pedagang asal berdagang, pedagang jahat, dan lainnya.

Seruannya, karena kita berhak memilih, maka kita bisa memilih profesi puncak dari Segala profesi tersebut. Yaitu sebagai Pedagang. Dari pedagang yang jujur akan lahir produk yang jujur. Maka sangat dianjurkan lahir lebih banyak pedagang Jujur agar tatanan masyarakat menjadi lebih baik. (*)

Oleh :
Kalbar Zulkarnain, SE
Pengusaha jilbab & pakaian muslim

(Ditulis pada 16 Mei 2016, selesai pukul 22:29 WIB, waktu yang sama dengan kelahiran putra ketiga kami yang bernama "Agha Daruqudni")


editor Fahrudin R.
Lebih baru Lebih lama