Khutbah Idul Adha, TIGA Nikmat Yang Harus Disyukuri

Khutbah Idul Adha - Ustadz Harnoto menguraikan tentang nikmat yang harus disyukuri oleh kaum muslimin pada khutbah sholat Idul Adha di Stadion Notohadinegoro Jember yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Patrang, Jum'at (01/09/17)
Allahu akbar, Allahu Akbar. Gempita takbir menggema di lapangan Stadion Notohadinegoro mengiringi pelaksanaan sholat Idul Adha 1438H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Patrang dan Ranting Kreyongan Kabupaten Jember, Jumat (01/09/2017).

Jamaah pun berbondong-bondong memadati lapangan dan memulai sholat Id Adha tepat pukul 06.00 WIB. Bertindak sebagai Imam sholat Ustadz Abu Yasin dari PCM Patrang dan Khotib Ustadz Harnoto dari PDM Situbondo. Sebelum sholat dimulai, panitia pelaksana juga melaporkan perolehan hewan Qurban 1438H kali ini, yakni mendapat amanah untuk melakukan penyembelihan 13 ekor sapi dan 27 ekor kambing yang akan dilangsungkan pada hari Sabtu (2/9/2017) di masing-masing ranting Muhammadiyah.

Khutbah Idul Adha

Ustadz Harnoto dalam khutbah Idul Adha yang disampaikan menjelaskan mengenai nikmat Allah SwT yang diberikan kepada umat manusia selama di dunia. Nikmat itu antara lain nikmat harta benda, nikmat kesehatan dan yang utama adalah nikmat Iman dan Islam.

Menurutnya, nikmat harta benda dan sehat merupakan nikmat kecil, namun nikmat terbesar manusia yang sesungguhnya itu adalah nikmat Iman dan Islam. "Jangan kita terlalu mengejar nikmat yang kecil sementara mengorbankan nikmat yang lebih besar di hadapan Allah SwT," terang ustadz Harnoto.

Pertama,

Nikmat harta benda. Nikmat ini olehg Allah SwT dianggap kecil, akan tetapi manusi menganggapnya sebagai sesuai yang luar biasa besarnya. Banyak manusia yang terbuai karena nikmat harta benda sehingga melupakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah SwT, mengejar harta benda hingga lupa waktu serta lupa untuk bersyukur.

Kedua,

Nikmat sehat. Sebagaimana kita ketahui dan mungkin saja pernah dirasakan, bahwa apalah artinya harta benda ketika diri ini mengalami ujian berupa sakit. Oleh karena itu, kondisi badan sehat merupakan sebuah nikmat yang patut disyukuri dan tidak boleh diingkari.

Ketiga,

Nikmat Iman dan Islam. Ketika harta benda dapat dicari, kesehatan bisa dibeli bahkan mungkin hingga harus ke luar negeri. Namun, manakala Islam dan Iman sudah keluar dari hati kemana diri ini mau mencari. Maka dari itu, nikmat Iman dan Islam adalah puncak dari segala nikmat yang Allah berikan untuk ummat manusia.

Lantas, bagaimana seharusnya kita sebagai seorang mukmin menyikapi nikmat yang dicurahkan oleh Allah SwT tersebut?, Sebagaimana halnya dalam QS. Ibrahim:7, kewajiban atas nikmat tersebut adalah bersyukur.

Dan salah satu cara bersyukur adalah dengan menjalankan kewajiban ber-qurban bagi siapa saja yang sedang memiliki kelapangan rizki. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang memiliki kelapangan rezeki tapi tidak mau berqurban maka jangan dekati tempat sholat kami."

Ibadah qurban ternyata juga bukan hanya sebagai ritual rutin tiap bulan Dzulhijjah, akan tetapi bagi orang yang beriman memiliki makna yang luar biasa. Diantaranya adalah sebagai sarana 'taqarrub ila Allah', mendekatkan diri pada Allah SwT. Karena menjadi 'dekat' dengan Allah merupakan sebuah kebahagiaan hakiki bagi ummat ber-iman.

Makna kedua adalah sebagai bentuk rasa syukur. Kesyukuran yang diwujudkan dalam bentuk menjalankan ibadah qurban adalah merupakan kelanjutan dari syukur yang terucap secara lisan. Yakni menyempurnakan bentuk syukur, bil lisan, bil qolbi serta bil amal.

Ketiga, ibadah qurban saat Idul Adha menjadi sebagai sarana berbagi. Islam telah mengajarkan berbagi sejak 14 abad silam. Dan ternyata, aktivitas berbagi memiliki dimensi kebahagiaan yang pada era kekinian dapat dibuktikan secara ilmiah betapa aktivitas berbagi tersebut mampu melahirkan kebahagiaan pada diri seseorang.

Terakhir, makna ibadah qurban menurut ustadz Harnoto dalam khutbahnya adalah untuk merajut silaturrahmi dan merupakan sarana mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat. Berbeda dengan zakat fitri, daging qurban diperbolehkan untuk dibagikan kepada sanak famili dan tetangga yang kaya hingga berbeda agama. Oleh karena itu, ibadah qurban dapat menjadi sarana mempererat ukhuwah islamiyah dan wathaniyah. ● maghfur
Lebih baru Lebih lama