Layanan Sosial Muhammadiyah Harus Berbenah: Menguatkan Akar Rumput, Mendorong Inovasi

Muhammadiyah telah lebih dari seabad hadir di Indonesia, dengan ribuan amal usaha sekolah, rumah sakit, panti, masjid, hingga universitas. Tapi pertanyaan kritisnya adalah apakah layanan sosialnya sudah cukup menjawab tantangan zaman, atau justru terjebak dalam rutinitas tanpa inovasi?
Banyak yang masih keliru memandang Muhammadiyah sebagai organisasi pengajian semata. Padahal, dari zaman Kiai Ahmad Dahlan, ia dirancang sebagai gerakan sosial keagamaan akar rumput. Spirit Al-Ma’un menegaskan dakwah bukan hanya di mimbar, tapi hadir nyata menanam solusi dalam persoalan jamaah. Jika kita hanya bertahan pada ceramah, maka itu bukan tajdid, melainkan stagnasi.
LPCR: Core Akar Rumput yang Harus Diperkuat
Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) adalah jantung gerakan Muhammadiyah akar rimput. Tanpa LPCR yang aktif, kita kehilangan cara menyentuh nyawa masyarakat di desa-desa. Sayangnya, banyak ranting yang hanya eksis “di papan nama.” Padahal, di balik itu ada petani, pedagang kecil, pelaku UMKM, dan kaum muda desa yang menunggu diberdayakan.
Konkritnya, Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan, yang membawahi 226 desa dan 22 kelurahan. Jika hanya sebagian kecil ranting aktif, berarti banyak potensi terabaikan. Bahkan tercatat, LPCR Jember menyelenggarakan Sekolah Cabang dan Ranting Zona Wilayah 1 (meliputi Puger, Jombang, Kencong, Balung, Gumukmas) pada akhir Juni 2024, diikuti 63 peserta itu pun terbatas pada beberapa kecamatan saja. Ini membuktikan sistem kaderisasi di akar rumput masih jauh dari merata.
Pendidikan: Antara Amal Usaha dan Inovasi
Institusi pendidikan Muhammadiyah adalah ikon, tetapi ikonnya bisa cepat redup jika tidak relevan dengan tantangan zaman. Anak didik butuh lebih dari ijazah mereka butuh literasi digital, kewirausahaan, karakter kepemimpinan. Bila sekolah Muhammadiyah tetap menjadi "pabrik rapor," maka gerakan kita sedang masuk pada jalan buntu.
Kaderisasi dan Produksi Kepemimpinan
Tanpa regenerasi dan sistem kaderisasi, Muhammadiyah akan kehabisan sumber daya manusia penggeraknya. Kita butuh kader muda yang intelek, entrepreneur, teknokrat, dan pejuang sosial. Tanpa kader semacam itu, amal usaha bisa stagnan administrasi menjadi tujuannya, bukan pergerakan.
Itu harus jadi agenda, harus jadi invetasi SDM masa depan. Sudah saatnya kita mengoreksi ulang apakah benar-benar menyiapkan generasi untuk masa depan gerakan ini. IPM, Tapak Suci, Hizbul Wathan benar-benar serius kita hidupin di sekolah-sekolah Muhammadiyah, di masjid-masjid Muhammadiyah.
Funding Dakwah: Waqaf, ZIS, dan Kreativitas Ekonomi
Dakwah sosial tidak bisa bergantung pada kas kecil cabang. Waqaf dan ZIS (zakat, infak, sedekah) harus menjadi sistem terintegrasi, bukan slogan semata. Lebih jauh, Muhammadiyah perlu mendorong ekonomi umat melalui koperasi modern, BMT digital, dan usaha kolektif UMKM. Maka dakwah menjadi penggerak kesejahteraan nyata, bukan sekadar wacana ekonomi syariah.

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember juga telah memiliki Amal Usaha di bidang ekonomi berupa koprasi, sebentar lagi juga kita akan punya Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang membutuhkan keterlibatan penuh Cabang dan Ranting termasuk elemen Ortom di dalamnya, mengkonsolidasi ekonomi umat ini butuh keseriusan dan tentunya juga jangan punya ego sektoral apalagi hanya sekedar elektoral.
Mari rapatkan barisan Sawwuu Shufuufakum seperti seruan-seruan imam di masjid-masjid juga harus berlaku sama menjadi seruan di tengah-tengah masyarakat.
Penutup: Berbenah atau Tertinggal
Jember dengan 31 kecamatan serta 226 desa dan 22 kelurahan mencerminkan kompleksitas wilayah yang harus dijangkau Muhammadiyah. Ruh gerakan ini adalah Al-Ma’un yang hadir, membela dan memberdayakan. Sekarang saatnya berbenah LPCR diperkokoh di seluruh cabang, pendidikan dimodernisasi kaderisasi diproduksi, funding dimodernkan lewat waqaf produktif, ZIS, dan model ekonomi kolektif.
Jika tidak, Muhammadiyah akan jadi organisasi besar dengan bangunan megah di kota tapi kehilangan denyut kehidupan di desa. Saatnya bergerak akar rumput, jangan dikesampingkan, melainkan menjadi pusat gerakan.
Oleh : Khoirul Anam
Direktur Muhammadiyah Children Center (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) Nurul Husna Jember