Musyda PD IRM XXII dan Musyda IPM XIII di Watu Kebo Jember, Mengenang Singkat Cerita Kaderisasi.

 

Musyda IRM XIII dan Musyda IPM XXII di Watu Kebo

Musyawarah pergantian kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan dari organisasi. Organisasi yang baik berarti ada keteraturan pergantian kepemimpinan. Pergantian kepemimpinan menyiratkan ada proses kaderisasi yang baik.

Kaderisasi yang baik berarti, oraganisasi tersebut bekerja dengan baik. Oraganisasi bekerja selain mewujudkan cita-cita tujuan organisasi, organisasi juga menyiapkan SDM yang nantinya bisa menjalankan organisasi dengan estafet, sehingga tidak ada jeda, tidak ada koma, semua harus terus maju.

Menyiapkan kader tidaklah mudah. Diperlukan sebuah engineering social yang tepat. SDA yang nanti disiapkan menjadi kader pun tidak serta merta disiapkan dalam jangka waktu yang pendek, akan tetapi membutuhkan jangka waktu yang lama serta kemapuan pimpinan untuk memetakan potensi yang dimiliki SDA.

Peningkatan-peningkatan SDA juga penting untuk dilakukan. Latihan kepemimpinan secara bertahap dan simultan disesuaikan kebutuhan kader dan organisasi menjadi mutlak untuk dilakukan. Workshop, penugasan program kerja, pembagian tugas, serta adanya evaluasi-evaluasi juga salah satu penentu penyiapan kader di masa yang akan datang. Hal ini penting untuk dilakukan dalam koridor penguatan Ideologi Muhammadiyah. Sebagai  Pelopor Pelangsung Penyempurna Gerakan, penguatan Ideologi menjadi bahan bakar utama berjalannya Organisasi.

Tempaan-tampaan tersebut untuk mencapai apa yang dinamakan "Loyalitas" tanpa loyalitas, mustahil kaderisasi akan berjalan dengan baik.  

Bila melihat Musyda IPM di Watu Kebo ke XXII kemarin, kita melihat kembali ingatan kita pada waktu Musyda IRM XIII di Watu Kebo tahun 2000.

Klik : Musyawarah Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jember XXII

Musyda IPM ke XXII menjadi sebuah contoh bagaimana kaderisasi IPM dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana semangat yang sering dihembuskan, bahwa di Muhammadiyah itu bukanlah sebuah pergulatan keras untuk mencari kekuasaan. Bahwa Muhammadiyah itu adalah ladang berdakwah. Sebagai wasilah untuk beribadah.

Perkembangan kaderisasi IPM ini juga penting untuk dijadikan ibrah bagi Organisasi Otonom Muhammadiyah. Bahwa menyiapkan kader bukanlah sebuah usaha yang mudah. Juga bukan usaha untuk melanggengkan diri menjadi seorang God Father bagi kader di bawahnya, lalu digunakan atau diperlakukan sebagai pasukan untuk dirinya. Akan tetapi murni untuk meneruskan cita-cita Muhammadiyah yang berkelanjutan.

Berkelanjutan ini juga memiliki diksi yang penting. Tidak hanya berhenti di Organisasi Otonom satu saja seumur hidup. Akan tetapi mengisi Organisasi Otonom di Muhammadiyah yang lain. Awal mula berangkat dari IPM, HW atau TS, lalu berlanjut ke IMM, lalu kader putra berlanjut  ke Pemuda Muhammadiyah, kader putri ke Nasyiatul Aisyiah. Akhir dari semua adalah mengabdi di Muhammadiyah dan Aisyiah. Mengisi ruang-ruang yang ada di tingkatan Muhammadiyah, di Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah maupun Pusat. Dimanapun tingkatannya, tujuan utamanya adalah berkhikmat untuk gerakan.

Nuun wal qolami wama yasturuun.
Billahi fiisabilil haq fastabiqul khoirot.

Penulis : I.G. El Muhammady.
Inset Foto: Ibu Siti Khuzaima

Lebih baru Lebih lama