Berta'awun, Merawat Muhammadiyah





 


Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk saling berta’awun (bekerja sama) di dalam kebajikan dan ketakwaan, dan melarang dari saling berta’awun di dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Allah berfirman;


 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ 


“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [al-Ma’idah/5 : 2]

Allah SWT senantiasa menolong hambaNya selama hambaNya menolong saudaranya. Demikian ajaran Islam menggariskan laku hidup kepada penganutnya. Sebagaimana hadis berikut;

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.
[HR Muslim: 2699, at-Turmudziy: 1930, 1425, 2945, Abu Dawud: 4946, Ibnu Majah: 225 dan Ahmad: II/ 252, 296, 500, 514. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy Shahih]

Berta'awun maknanya saling tolong menolong antara golongan satu sama lainnya. Ini nilai utama yang mesti ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bersama. Tak ada satupun manusia yang dapat menjalani hidup sempurna di dunia tanpa keterlibatan orang lain, sesamanya. 

Spirit Ta'awun  menjadi kekuatan dahsyat mendorong dan membantu terwujudnya kondisi dan situasi hidup yang berwatak berkeadilan sosial bagi masyarakat dan umat. 

Kelemahan perseorangan ataupun kelompok masyarakat dan umat  yang ada ditutup dengan kelebihan perseorangan atau kelompok masyarakat dan umat lainnya. Begitupun kekurangan dengan kelebihannya. 

Ternyata, sebagai insan, perseorangan atau kelompok satu dengan yang lainnya meski punya kelemahan dan kekurangan tapi disisi berbeda memiliki kekuatan dan kelebihan. 

Sebaliknya, meski punya kelebihan dan kekuatan disisi lainnya terdapat kekurangan dan kelemahannya. 

Maka perlu jembatan yang mengintegrasaikan agar menjadi sempurna, dengan saling menutupi kelemahan dan kekurangan dengan menggunakan kelebihan dan kekuatan masing masing. 

Banyak ragam bentuk kelemahan dan kekurangan sebagaimana banyak pula ragam bentuk kekuatan dan kelebihan baik personal maupun komunal. 

Jikalau semangat kebersamaan tak dapat menempatkan perbedaan dengan tepat maka kehormatan akan  hilang darinya. Kompetisi perlu diperkuat dengan kolaborasi dalam mengeksekusi. 

Ikhlas dan tertib itu pilar perekat dan penguat kebersamaan. Maju progresif itu penting. Maju bersama dan bersama sama maju butuh kearifan tersendiri. 

Maka berfikir holistik (kesatuan sistem) dan unity (keterpaduan) mutlak dibutuhkan. Bukan soal masa lalu normatif, bukan pula saat ini idealistik. Namun lebih berwatak organisatoris futuristik profetik. 

Jika belum mampu menjadi kesatuan Muhammadiyah ideologis organisatoris, baik dalam  Ortom maupun AUM niscaya kebersamaan itu rentan rapuh, karena berisikan ego sektoral semata. 

Maka dengan kelemahlembutan hati, musyawarahkan dulu untuk disepakati bersama. Muhammadiyah tidak berada di ruang kosong aturan, norma, kaidah baik internal maupun eksternal. 

Bagaimana PAUD dan TK ABA di mata pemerintah "ternyata" yayasan yang harus bertindak sebagai pendiri adalah Muhammadiyah, bukan Ortomnya. Meski Aisyiyah adalah Ortom khusus dan lainnya. 

Untuk itu, terkait rencana pendirian AUM Pendidikan perlu dibuat analisa kelayakannya dengan utuh, termasuk faktor pendukung dan penghambatnya, keunggulan pengelolanya yang tepat bagaimana. 

Apabila sudah dimusyawarahkan, secara teknis konsultasikan dan kordinasikan dengan Majelis Dikdasmen PDM. In syaa Allah lebih baik dan benar.


Penulis: KH. Kusno M.Ag
Foto: Kevin Delvecchio
Editor: Maghfur El Muhammady, iff, din.





Lebih baru Lebih lama