Refleksi Milad Muhammadiyah 109: Optimis Hadapi Covid-19 dan Menebar Nilai Utama

Milad Muhammadiyah 109

Tepat tanggal 18 Nopember 1912 , seratus sembilan tahun lalu, Muhammadiyah lahir dan berdiri untuk tegaknya tauhid yang Hanif, Islam yang sebenar-benarnya, dan terwujudnya tata kehidupan masyarakat utama, yang bebas dan tercerahkan dari keterbelakangan dan kebodohan, cerdas, berdaya, serta maju dan makmur.

Sebagai entitas masyarakat Khaira ummah, umat Terbaik dan menjaga ke-Terbaikan ummat dengan mengembangkan diri melalui gerakan Islam amar makruf dan nahi mungkar, melakukan tajdid dalam keberislaman, dengan konsisten berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Maqbullah. Secara sederhana Khaira ummah itu, adalah gerombolan, kumpulan atau persyarikatan orang orang yang progresif revolusioner dengan karakter khusus Al Shaalihuun wa Al Mushlihuun, pelaku keshalihan individual (sebagai pribadi pribadi yang shalih) dan pembuat ragam bangunan keshalihan sosial (sebagai pribadi pribadi teladan pelopor keshalihan), dimanapun dan kapanpun.

Dua nilai yang tumbuh kembang dalam jiwa komunitas Muhammadiyah dari awal kehadirannya, adalah spirit Al Ma'un, dan Al 'Ashr. Pertama , spirit Al Ma'un, filantropi (menjadi sang pemberi kebermanfaatan tanpa batas yang berguna dan dibutuhkan sesamanya). Muhammadiyah sejak awal membina dan membangun dirinya sebagai kumpulan orang yang ingin dan gemar memberi, bukan orang yang suka menerima pemberian.

Tumbuhnya kepekaan dan kepedulian berbagi potensi, manfaat baik material, moril maupun spiritual merupakan nafas kehidupan Muhammadiyah dalam diri mereka. Selalu memberi dan memberi, yang semuanya dipersembahkan hanya sebagai wujud peribadatannya, ketaatannya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur hidupnya.

Blue print sebagai sang pemberi ini sungguh kekuatan dahsyat yang mampu menjaga Marwah gerakan Islam Muhammadiyah yang berdaulat penuh sebagai persyarikatan, perkumpulan atau organisasi menjelma menjadi organisasi modern yang solid dan tahan uji atas ragam cobaan, hingga kini telah 109 tahun.

Semangat kemandirian melalui gerakan memberi harus dipupuk dan ditumbuhsuburkan dengan ajeg terus menerus, kontinyu serta diwariskan dari generasi kepada generasi berikutnya, terhadap semua terkait dan terlibat dalam gerakan Muhammadiyah baik pimpinan, kader, anggota maupun warga Muhammadiyah, baik yang ada di persyarikatan, organisasi otonom dan amal usaha Muhammadiyah. Sesekali perlu simbolitik gerakan masif kemandirian ini dengan melakukan pengumpulan dana abadi dari, oleh dan untuk Muhammadiyah.

Kedua, spirit Al,'Ashri, future (sang pengguna waktu secara tepat dan cermat yang berorientasi masa yang depan, serta beruntung sepanjang masa). Hidup di dunia hanya sekali untuk bertaruh apakah setelah mati, akan sengsara atau menderita. Bergantung pada sikap dan perilaku seseorang dalam menjalaninya. Waktu dan masa yang tersedia sangat terbatas, dibutuhkan ketepatan orientasi penggunaannya.

Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan, pencerdasan, pemberdayaan dan pemajuan sangat ketat dalam disiplin waktu diawal kehadirannya. Itulah kenapa Muhammadiyah selalu berada di garis dan baris depan, meski usianya semakin tua. Saatnya warga Muhammadiyah menjadikan waktu yang tersedia sebagai kesempatan emas meraup keuntungan masa depan yang lebih gemilang.

Terus beramal shalih penuh keimanan, terus saling mengingatkan dan menguatkan hidup dalam kebenaran dan kesabaran. Karena bermuhammadiyah yang baik hakekatnya adalah berislam yang benar sepanjang waktu dan sepanjang zaman, hingga datang kematian sedang mereka dalam penyerahan diri kepadaNya.

Ujung waktu adalah bertemu dengan Allah. Maka siapapun warga Muhammadiyah yang ingin bertemu denganNya penuh ridlo , hendaklah beramal shalih dan tidak meoersekutukan dalam ibadah kepadaNya.

Optimis adalah lawan Pesimis, terkait kepercayaan diri dan sikap mental dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu yang membutuhkan ketegasan dan kejelasan tindakan dalam memperlakukannya, agar sukses dan tidak gagal berdasarkan kemampuan yang ada dan atau yang dimiliki. Optimis dinyatakan sebagai harapan positif, atau positif terhadap harapan.

Sedangkan Pesimis ditujukan sebagai harapan negatif, atau negatif terhadap harapan. Covid19 merupakan entitas riil yang perlu disikapi dengan jelas dan tegas sesuai kepercayaan diri yang tumbuh dan tangguh, dan kemampuan diri yang dimiliki agar sukses menghadapinya.

Harapan positif dan positif harapan, hanya ada pada pribadi unggul dan utama, yang terbentuk dari pengetahuan, pengalaman dan keyakinan yang terintegrasi dengan harmonis, selaras dan seimbang. Optimisme hanya ada pada diri yang berkeyakin benar, berpengetahuan luas, dan berpengalaman banyak dan ragam.

Nilai Utama itu Agama yang disyariatkan Tuhan, bukan budaya yang merupakan hasil cipta karsa dan karya manusia semata. Satu satunya Agama disisi Tuhan dan manusia itu Islam.

Islam itu sendiri mewujud dalam totalitas penyerahan diri, sebagai hamba dan Kholifah Tuhan pencipta manusia dan alam semesta. Maka sesungguhnya menebar nilai utama itu bermakna Meneladankan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi ditengah kehidupan kesemestaan yang luas dengan mendalam dan utuh.

Hadirkan Islam yang penuh nilai utama dalam hadapi covid19, niscaya optimisme Manusia terjaga tumbuh dan tangguh.

Inilah jalan Muhammadiyah yang mesti dilalui dan diikuti seluruh warga nya.

Oleh:
KH. Kusno
Ketua PDM Kab. Jember
Lebih baru Lebih lama