Sambutan Refleksi Milad Muhammadiyah 112 Oleh Ketua PDM Kabupaten Jember

Sambutan Refleksi Milad Muhammadiyah 112 Oleh Ketua PDM Kabupaten Jember

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Kelahiran dan kehadiran sebuah perkumpulan atau jamiyah adalah merupakan respon positif atas realita situasi dan kondisi yang sedang berkembang pada zamannya. Yang secara mendasar lebih merupakan suatu kepahaman yang mendalam dan kesadaran diri yang utuh bagi setiap pelaku yang berkumpul dan berjam'iyyah dalam suatu perikatan kebersamaan.

Pemahaman yang benar terhadap realita objektif yang ada disekitarnya dengan kejernihan nalar pikir dan kepentingan rasa hati yang dimilikinya dirajut dan dikelola menjadi suatu potensi luar biasa yang mengikatkan diri pada ada keinginan dan ganda mewujudkan cita harapan luhur secara bersama-sama.

Dalam sebuah jam Iyah perkumpulan atau organisasi cita-cita harapan an-naml menjadi tujuan bersama itulah kekuatan imani yang menjadikan penggerak inspirasi dari ragam kegiatan yang dibangun di atas kebersamaan itu. Apa kekuatan iman dari para pendiri tentu bangunan organisasi maupun jamiyah sangat rentan untuk goyah dan gampang rapuh dan roboh.

Ketulusan dan kejernihan serta kecerdasan dan kepiawaian pendiri organisasi menjadi epicentrum daya imani lagi anggota-anggotanya. Namun dalam proses kelahirannya tidak menutup kemungkinan persinggungan dan persentuhan dan pemikiran serta konsep gagasan mengenai dasar dan nilai ideologis organisatoris terjadi diantara mereka sendiri dan para santri atau pengikut pertamanya.

Umumnya para santri pertama lebih takdim terhadap ide gagasan kyainya sehingga seolah dasar itu menjadi tunggal yang kemudian dijalankan oleh mereka dengan sepenuh hati.Telah banyak sumber informasi yang menunjukkan kepada kita betapa cemerlang ide gagasan kreatif inovatif yang dimiliki oleh pendiri Muhammadiyah, yang tidak hanya merupakan respon atas realita kondisi objektif saat itu namun juga sebuah cita-cita besar yang ingin diwujudkan dalam kehidupan berbatas duniawi namun juga ukhrawi.

Apalagi dalam rumusan rumusan keputusan muktamar maupun kebijakan pimpinan secara dzahir gamblang betapa Muhammadiyah lahir dan hadir bukan sekedar untuk menjawab tantangan masa lalu namun justru untuk menjadi di solusi bagi tantangan masa kini dan masa depan. Maka dalam refleksi milad Muhammadiyah 112 Hijriyah ini saya tidak sedang memperbincangkan orang strategis Muhammadiyah dulu lu gini ini dan yang akan datang.

Saya hanya ingin untuk sejenak dan sedikit merenung atas kesungguhan kita di dalam menapaki jalan hidup bermuhammadiyah yang baik dan benar sebagai upaya untuk menjaga merawat keberMuhammadiyahan kita, sekaligus menakar kesungguhan dan komitmen kita di dalam 1 barisan Muhammadiyah.

Dan tentu harapannya mampu mewariskan kaifiyah ber Muhammadiyah yang baik dan benar kepada angkatan muda Muhammadiyah sebagai generasi pelangsung, pelanjut dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Untuk itu saya ingin sampaikan:

1. Benarkah kita lahir dan dilahirkan oleh Muhammadiyah. Pertanyaan klise yang tak perlu dijawab di hadapan publik namun dibutuhkan bagi jiwa dan hati untuk mendapatkan kemantapan kepercayaan diri dan peneguhan keyakinan iman seseorang. Kelahiran kita dari Muhammadiyah atau tidak dari Muhammadiyah tentu memiliki konsekuensi logis untuk tetap istiqamah berfastabiqul khairat membuktikan diri bahwa lahir di manapun kita tidak terhalang bisa menjadi Muhammadiyah yang hebat.

Karena berlomba dalam kebajikan manhaj Muhammadiyah Fastabiqul khairat yang bertumpu pada Al birru manittaqo. Inilah jalan yang mendekatkan kita kepada keber muhammadiyahan yang baik dan benar. Sehingga bukan persoalan lahir dari atau tidak dari Muhammadiyah tapi justru cara hidup itu sesuai atau tidak kah dengan kaifiyah manhaj Muhammadiyah. Dari manapun asal muasal kita di Muhammadiyah hanya ada 1 kata Inna akromakum indallahi atqokum. Orang Muhammadiyah pilihan adalah yang paling bertakwa di antara mereka. Maka kelahiran seseorang tidaklah menjadi urgen bagi perjalanan hidup menapaki manhaj Muhammadiyah sangat bergantung pada kesunvguhan dan keteguhannya.

2.Kedewasaan dalam berMuhammadiyah. Keterlibatan kita selama ini dalam aksi-aksi kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah baik secara langsung maupun tidak langsung tentu akan dapat memperkuat imunitas dan memperkokoh kepribadian kita sesuai dengan sifat-sifat Muhammadiyah itu sendiri.

Dengan keterlibatan dalam amal-amal Muhammadiyah tentu semakin menghunjamkan keyakinan bahwa hidup ini beribadah hanya untuk Allah taat dan patuh kepadanya serta untuk mencapai sebuah tujuan bersama harus dilakukan dengan sistem bekerja sama antar satu dengan yang lain dengan menghormati dan menghargai adanya perbedaan masing-masing. Yang berarti memberikan kan pengajaran dan pembelajaran bahwa hidup bermasyarakat yang rukun dan damai saling menjamin kesejahteraan dan keselamatan satu sama lain adalah merupakan andil yang mesti dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari.

Event kegiatan amal Muhammadiyah atau amal usaha Muhammadiyah bahkan badan usaha milik Muhammadiyah dapat menjadi wasilah instrumen pembentukan karakter yang unggul bagi siapapun yang ingin memperkuat dan memperkokoh jati dirinya sebagai insan Muhammadiyah. Dalam keterlibatan terdapat sosialisasi internalisasi dan kristalisasi nilai-nilai luhur ideologis organisatoris yang menjadi ciri khas bagi insan pergerakan Muhammadiyah. Maka intensitas dan kuantitas keterlibatan kita dalam ragam aksi-aksi kemanusiaan muhammadiyah menjadi penentu corak keseriusan kita atau sebaliknya dalam bermuhammadiyah. Semakin banyak terlibat insya Allah semakin kuat shibghah selupan warna keberMuhammadiyahan. Teruslah mengambil peran dan terlibat dalam kegiatan amal Muhammadiyah niscaya corak kemuhammadiyahan anda warnanya semakin jelas.

3. Bersikap terbuka dan toleran. Egoisme adalah sisi gelap yang ada di dalam jiwa manusia. Egoisme membuat manusia tidak mampu mengenali dengan tepat dan benar apa yang ada di sekitarnya sehingga terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam mensikapi dan memperlakukannya. Bahkan ia merupakan salah satu watak yang dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan seorang manusia. Egoisme hanya bisa untuk diurai dengan bimbingan cahaya ilahi atau hidayah. Tugas utama kita adalah membebaskan diri kita dari belenggu kegelapan egoisme tersebut agar mampu merespon situasi dan kondisi yang disekitarnya dengan daya nur ilahi atau Hidayat.

Mata hati yang tergelapi tentunya tak bisa memandang dengan baik apa yang sedang dialaminya. Jika daya nur ilahi sebagian dari nya adalah ilmu, maka teruslah menambah ilmu dg iqra yang benar. Kesempitan ilmu membuat sikap kita jadi reaktif penuh sakwa sangka terhadap sesama.bahkan bisa juga menjadi sosok ilusif terapung dalam kesemuan realtas tak berbasis ilmu yang kuat. Kita harus berani terbuka dan berdialektika karena kebenaran tunggal seringkali mewujud dalam wajah ilmu yang beragam.

Tapi jika sudah datang Al Haq tak perlu lagi ada hasad namun bersikaplah sami' naa wa atho' naa... Apalagi itu datang dari pimpinan kalian, dengan pendekatan komprehensif bayani, burhani dan Irfani dalam manhaj Muhammadiyah. Sekali lagi egoisme hanya akan meluruhkan kebenaran, dan menghancurkan kebersamaan berjam'iyyah. Pertanyaan mendasarnya adalah berjam'iyyah untuk keselamatan bersama, atau hanya untuk mendapatkan pengakuan egoisme yang merugikan diri, orang lain maupun Jam'iyyah nya.

Maka kaifiyah juz'iyah fardiyah tidak perlu dibangga banggakan, yang dapat meluruhkan esensi kuliyah jama,'iyah.

4. Masih dalam situasi pandemi, kita tidak ingin menjadi korban atau yang mengorbankan sesama atas sikap egoisme berlebihan dalam semua aspek kehidupan termasuk bidang Keberagamaan. Taati pimpinan dan kebijakan pemerintah kabupaten Jember, atau satgas setempat dengan prokes ketat di PPKM Darurat ini, dalam hal penyelenggaraan Ibadah shalat fardlu, Jum'at, idul qurban maupun penyembelihan binatang Qurban.

5. Selamat Milad Muhammadiyah ke-112 H /1442 H , Semoga Jadi Solusi Masalah Umat dan Negeri

Kreyongan, 8 Dzulhijjah 1442
H. Kusno
Lebih baru Lebih lama