Dr. Safrudin, MAg: Hidup Manusia Itu Ibarat Jam Pasir

Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Jember, Dr Safrudin Edi W., Lc.,MAg menjelaskan
3 aspek muhasabah diri bagi seorang Muslim
Pengajian Ahad Pagi Al-Hidayah pada Ahad (21/1/2018) lalu mendatangkan Ketua Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah Jember, Dr Safrudin Edi W., Lc, MAg sebagai narasumber. Acara yang dimulai sejak pukul 6 pagi ini dihadiri puluhan warga ranting Muhammadiyah Patrang dan dilaksanakan di pelataran Masjid Al-Hidayah Patrang.

Dalam tausyiyahnya, Dr Safrudin membahas mengenai muhasabah diri, dimana menurut Dosen IAIN Jember ini hidup manusia itu layaknya jam pasir yang terus bergerak.

"Semakin banyak pasir yang turun di tabung bawah, maka semakin sedikit pasir yang di tabung atas, semakin bertambah usia, semakin dekat dengan kematian," ujarnya.

Dr Safrudin mengingatkan firman Allah di surat al-Ashr bahwa Allah SwT bersumpah atas nama waktu. Menurutnya, umat Islam terutama anak muda jangan mudah merasa lebih memiliki umur yang lebih panjang dari yang tua sehingga konsentrasi hidupnya sebagaian besar hanya pada dunia saja.

Kemudian Dr Safrudin menyitir al-Qur'an surat al-Hasyr ayat 18, dimana Allah Ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"

Dr Safrudin juga menilik Hadis Rasulullah saw yang artinya: "Orang yang berakal adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, dan orang yang lemah (akalnya) adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai pada Allah"

Melihat firman Allah di surat al-Ashr dan al-Hasyr tersebut, Dr Safrudin mengingatkan 3 aspek introspeksi (muhasabah) muslim utamanya warga Muhammadiyah, yaitu:

Pertama, introspeksi ibadah ritual. Ibadah merupakan tujuan utama kita diciptakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56.

Evaluasi ibadah bisa dilakukan pada aspek input, niat apakah sudah ikhlas karena Allah?; proses dimana tata cara pelaksanaan ibadah kita, apakah sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw? Dan output apakah ibadah kita sudah menghasilkan output yang diharapkan dari tujuan ibadah kita yaitu menjadi orang yang bertaqwa.

Kedua, introspeksi diri. Muhasabah pada diri sendiri terdiri dari aspek umur, masa muda, harta benda, dan ilmu.

Rasulullah pernah bersabda yang artinya: "Tidak akan bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya."(HR. Tirmidzi)

Terakhir adalah introspeksi sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia.

Dr Safrudin mengutip sebuah hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang  bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang  bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang”  (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari  umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala  sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa  dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta  benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang  menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang  terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis,  sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan  kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkan ke dalam neraka"

"Sudah dianggap sebagai orang yang eksklusif karena adanya perbedaan dalam tata cara beribadahnya, maka sudah seharusnya warga Muhammadiyah bersifat inklusif dalam hal bermuamalah dengan sesama Muslim yang lain," pungkas Dr Safrudin.
Lebih baru Lebih lama