Lewat Gerakan Tahajud Berjamaah Tingkatkan Spirituality Capital Mahasiswa UNMUH Jember |
Di era 80-an Stanfort Binnert menemukan konsep IQ (Intellegence Quotient) yg berkorelasi terhadap tingkat kesuksesan seseorang. Makin tinggi IQ makin besar peluang suksesnya. Namun Daniel Gollman di tahun 1995 meruntuhkannya dengan teori EQ (Emotional Quotient). Ia mengatakan bahwa IQ hanya menyumbang maksimal 20% bagi kesuksesan seseorang, sedangkan sisanya ditentukan oleh EQ.
Temuan termutakhir dilakukan oleh Danah Zohar di abad 21 dg konsep SQ (Spiritual Question/Quality). Ia mengatakan dalam 10 tahun terahir dan untuk beberapa puluh tahun yang akan datang, kesuksesan seseorang ditentukan oleh aspek spiritualnya. Lebih jauh ia menuangkan hal itu dalam bukunya berjudul Spirituality Capital (modal spiritual).
Karena mengetahui bahwa spiritual bisa menjadi modal terbesar bagi kesuksesan manusia, The Association of American Medical College memaparkan, Amerika yang sekuler pun akhirnya di beberapa lembaga pendidikannya melakukan integrasi nilai-nilai spiritual dalam kurikulum pendidikannya secara resmi.
Contoh nyata diantaranya adalah University of Massachusetts School of medicine melakukan integrasi itu dalam bentuk : semua mahasiswa kedokterannya diwajibkan sebulan sekali untuk menghadiri ceramah-ceramah rohani lalu di akhir COAS tersebut harus membuat paper reflektif tentang kesehatan dan spiritualitas.
Berkaca dari beberapa contoh di atas Universitas Muhammadiyah Jember (UNMUH Jember) yang tidak lepas dari nama besar Persyarikatan Muhammadiyah sudah lebih dulu melakukannya. Kegiatan mentoring baca dan hafalan Al-Quran, gerakan tahajud dan sholat subuh berjamaah, sholat Dhuha berjamaah, dan hadir di pengajian Ahad pagi tiap minggu yang diadakan pimpinan organisasi Muhammadiyah adalah sebuah bentuk spirituality capital yang diberikan oleh tim dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UNMUH Jember untuk membantu kesuksesan mahasiswanya. Dengan integrasi tersebut diharapkan akan lahir generasi emas masa depan, manusia holistik, dan insan kamil.
Jadi jika ada mahasiswa yang pada malam ini merasa terpaksa atau merasa dipaksa oleh dosennya untuk mengikuti tahajud berjamaah, maka percayalah... bahwa 10 tahun yang akan datang justru anda yang merasa dipaksa akan berterima kasih pada dosen tersebut.
(disampaikan oleh Idris Mahmudi, Amd.Kep, M.PdI saat tausyiyah fathul qulub di Masjid Al-Qolam UNMUH Jember pada Kamis, 13 April 2017)