MUHAMMADIYAH TAK BUTUH AKU TAPI AKU BUTUH MUHAMMADIYAH



Setiap kali mencoba menuntun amal intiqad, self corective atau muhasabah selalu muncul kenapa aku menjadi Muhammadiyah. Benarkah aku telah menjadi Muhammadiyah. Jika iya apa yang berbeda atau membedakan aku telah Muhammadiyah dari sebelum atau aku jadi Muhammadiyah.

Lalu apa wujud peran diriku di Muhammadiyah. Muhammadiyah butuh aku atau aku yang butuh Muhammadiyah. Sejenak kawanku yang dilahirkan dari keluarga Muhammadiyah mengatakan "aku sejak dikandungan ibuku telah Muhammadiyah". Aku pun bertanya maksudnya yang telah Muhammadiyah itu kawanku tadi apa ibunya. Kawan yang lain mengatakan aku secara gennun dari Muhammadiyah, bukan hanya bapak ibu tapi nenek kakek Mbah buyutku semua Muhammadiyah. Aku lebih hak dan sangat pantas sebagai Muhammadiyah. Bahkan di sebuah amal usaha Muhammadiyah yang ada di sekelilingku juga berisi macam dan ragam identitas. Ada anak yang bersongkok berlogo Muhammadiyah dan ada pula yang bersongkok berlogo Nahdlatul ulama. Mereka berdua belajar bersama di padepokan berlabel Muhammadiyah.

Seorang akademisi pun membuat telaah analisa mengenai ragam wujud Muhammadiyah. Mereka sebut ada munu katanya Muhammadiyah NU, ada Musa katanya Muhammadiyah salafi, ada marmud katanya Muhammadiyah rasa marhaen, ada sebutan lainnya. Ada juga yang buat sebutan mudis katanya Muhammadiyah ideologis, ada mubis katanya Muhammadiyah biologis Lalu diberi ciri, karakter dan identitas masing-masing. Aku tak begitu faham dan tak begitu ngerti secara luas dan mendalam mengenai Muhammadiyah. Setahuku, Muhammadiyah ya berislam yang benar dan berserikat yang solid dan modern. Muhammadiyah itu gerakan Islam dan kumpulan orang muslim yang hebat. Itu saja. Selebihnya aku kurang tahu. Aku temukan Muhammadiyah sudah begitu indah mempesona, baik sebagai gerakan Islam maupun perserikatan, perkumpulan orang muslim.

Rasanya aku tidak bisa melihat yang lain sebagai keindahan Islam dan seorang muslim yang dapat mengalahkan yang ada pada Muhammadiyah. Bukan hanya konsep pikiran tapi realita gerakan amal usaha, atau perbuatan. Aku jadi Muhammadiyah dengan cara amat sederhana. Yakini, ilmui, amalkan, wasiatkan dan dakwahkan Islam dengan benar sesuai kemampuanmu serta berkumpullah dengan mereka yang telah jadi Muhammadiyah yang benar.

Tak terasa perubahan pikiran, sikap, tindakan, bahkan keyakinan dan amalan terjadi mengkristal. Lalu kata orang yang pernah mengenalku aku telah berubah jadi seperti orang Muhammadiyah. Walaupun aku sendiri belum merasa jadi Muhammadiyah. Larut dalam aktifitas dan ragam kegiatan yang ada di Muhammadiyah semakin membuat mereka yang telah mengenalku mengatakan bahwa aku telah jadi Muhammadiyah.

Benarkah kata hati nuraniku. Aku telah jadi Muhammadiyah. Ah jangan guyon. Gak benar ini. Masak orang yang tak begitu faham dan ngerti Muhammadiyah telah jadi Muhammadiyah. Kok gampang sekali, instan. Pembelaanku dalam tanggapi stigma mereka bahwa aku jadi Muhammadiyah. Seiring perjalanan waktu, ternyata masih banyak nilai ideologis maupun organisatoris yang wajib aku pahami, mengerti dan mengamalkan jika aku ingin jadi Muhammadiyah.

Ada matan keyakinan dan cita cita hidup Muhammadiyah, ada kepribadian Muhammadiyah, ada khitah perjuangan Muhammadiyah, ada pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, ada HPT, ada Tanya jawab agama, ada pokok pikiran muqaddimah Anggaran Dasar, ada Anggara Dasar , ada Anggaran Rumah Tangga, dan masih banyak lagi pedoman , tuntunan, panduan berislam yang benar dan berorganisasi yang baik. Belum lagi 12 la langkah Muhammadiyah dan 10 sifat Muhammadiyah, serta lain sebagainya Waduh aku semakin tenggelam dalam ketidaktahuan dan ketidakpahaman nilai tinggi Muhammadiyah.

Apalagi mereka yang telah jadi Muhammadiyah akhlaknya sangat mengagumkan dan istimewa, sulit ditiru tanpa syahadah dan jihadah yang Paripurna. Kayaknya aku masih jauh dari Muhammadiyah, aku masih belum mampu jadi Muhammadiyah walau mereka telah mengatakan aku telah jadi Muhammadiyah. Biar saja mereka begitu. Maka aku putuskan bahwa aku butuh Muhammadiyah meski Muhammadiyah tidak membutuhkan aku.

Muhammadiyah bagi aku jalan lurus menuju kemuliaan, kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Semoga aku mampu dan bisa meniti jalan itu dengan istiqamah. Mudah mudahan mereka yang telah lebih dulu jadi Muhammadiyah mau membantu membawa aku jadi Muhammadiyah.

Karena aku tahu Muhammadiyah tidak butuh apa apa dariku. Orang Muhammadiyah juga tak butuh apa apa dari aku.

Oleh:
Sekretaris PDM Jember periode 2022-2027
KH. Kusno, S.Ag., M.Pd.I
Lebih baru Lebih lama