5 Indikator Masyarakat Islam Yang Sebenar-benarnya

Dr. Ir. Hazmi, DESS memberikan tausyiyah Indikator Islam Yang Sebenar-benarnya

Meski cuaca mendung tak menyurutkan langkah ratusan warga Muhammadiyah Jember menghadiri Pengajian Ahad Pagi PDM Kabupaten Jember pada Ahad (12/02/2017) yang dilaksanakan di Kompleks Gedung Dakwah PDM Jember Jl. Bondoyudo.

Acara yang dimulai sejak pukul 06.00 pagi ini dibuka dengan lantunan ayat suci al-Qur’an oleh santri Pondok Tahfidz Unmuh Jember yang membacakan Surat al-Muzammil. Kemudian dilanjutkan dengan pidato sambutan oleh Wakil Ketua PDM Jember, Samanan, M.KPd.

Dalam sambutannya, pria asli Watukebo ini menjelaskan mengenai kewajiban warga Muhammadiyah untuk istiqomah berdakwah dalam persyarikatan Muhammadiyah dengan mentaati Perintah Allah SwT, termasuk ke-istiqomahan dalam menghadiri pengajian yang dilaksanakan oleh persyarikatan.

Sementara itu, Dr. Ir. Hazmi, DESS, Sekretaris PDM Jember selaku pemateri pengajian ini menjelaskan mengenai 5 indikator masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang termaktub dalam tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.

Rektor Universitas Muhammadiyah Jember ini menyitir al-Qur’an surat al-Fath ayat 29. Menurut Dr. Hazmi indikator tersebut antara lain:
Pertama, Asyiddaa’u ‘alal kuffar. Berlaku tegas terhadap orang-orang kafir. Saat ini terjadi anomali di Indonesia, dimana mayoritas umat Islam sedang terpuruk dan diperparah dengan melencengnya makna toleransi beragama. Warga Muhammadiyah harus berani mengambil resiko dengan menampilkan pada golongan kafir bahwa Islam dan Muhammadiyah tidak seperti yang mereka bayangkan. Warga Muhammadiyah harus berani mencontoh akhlak Nabi saw, dimana ketika pribadinya yang diserang, Nabi menunjukkan sikap welas asih dan tidak melakukan konfrontasi. Hal ini ditunjukkan dengan kisah Nabi saw yang selalu diludahi dan dilempar kotoran hewan ketika berjalan di pasar, akan tetapi Nabi saw tidak pernah membalas perbuatan keji mereka yang melakukan pelemparan. Akan tetapi, ketika agama dan akidah Islam diserang, maka Nabi saw mengangkat pedang dan memerangi mereka.

Kedua, Ruhamaau baynahum. Berkasih sayang dan menghargai antar sesama Muslim. Dimana yang berusia muda menghormati yang berusia tua, dan sebaliknya yang tua menyayangi yang muda. Akan tetapi, ketika hal itu tidak terjadi maka akan muncul rasa saling curiga antar golongan yang tidak menguntungkan persyarikatan. “Ketika terjadi kecurigaan itu, maka gerakan persyarikatan akan menjadi dua, gerak di tempat atau malah bergerak mundur,” ungkap Dr. Hazmi.

Ketiga, Taraahum Rukka’an Sujjadan. Melakukan kegiatan ibadah secara nyata, bukan hanya pencitraan. Lakukan semata-mata kita ber-Muhammadiyah itu sebagai ibadah dan berfungsi untuk memberi.

Keempat, Yabtaghuuna fadlan minallah wa ridwaana. Menurut Dr. Hazmi ini merupakan lanjutan sebelumnya bahwa kegiatan ibadah yang dilakukan itu untuk mencari karunia dan keridhaan-Nya. Bukan sekedar pencitraan agar dianggap oleh orang lain.

Dan yang kelima, Simaahum Wujuhihim min atsaris sujuud. Hasil dari beribadah dengan ikhlas demi mencari karunia dan ridho Allah akan menghasilkan perilaku manusia yang baik, tawadhu’ serta santun. Hal itu merupakan pengaruh positif kegiatan beribadah.

Pengajian Ahad Pagi ini berakhir pukul stengah 8 dan terkumpul infaq sebesar Rp. 782.000,-.

Foto dan laporan : maghfur
Lebih baru Lebih lama