Mengenang Kisah PKI Tragedi 1965, Pak Nas: Kembali Ke Masjid

Tulisan (alm) Jenderal Nasution dalam Majalah Suara Muhammadiyah th. 1980
Artikel ini ditulis oleh (alm) Jenderal Nasution dalam Majalah Suara Muhammadiyah no.20 Th. ke 60, Oktober II-1980 M/Dzulhijjah-I 1400 H dengan judul "Kembali ke Masjid, Setelah Bencana Lubang Buaya."

---

Adalah hikmah yang nyata, setelah bencana Lobang Buaya, Rakyat Indonesia mawas diri dengan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Maka ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, jadi syarat utama bagi setiap pejabat, pendidikan agama diwajibkan di sekolah-sekolah, pengajian-pengajian berkembang di kalangan pejabat, dan mushalla serta masjid berdiri di hampir setiap kantor, asrama, kampus.

Orang kembali ke masjid!

Di masjid kita hanyalah untuk menyembah Allah. Niat kita masuk ke masjid adalah untuk menyembah Allah. Niat kita membangun dan membina masjid adalah semata-mata untuk menyembah Allah. Niat kita tidaklah boleh untuk kepentingan komersil, politik, untuk kepentingan harta, jabatan, kedudukan, dan sebagainya.

Dan syukurlah pula masjid kembali jadi pusat perkembangan serta kegiatan kebajikan ummat, seperti perihal pendidikan, sosial, budaya, dll dari segi kehidupan seluruhnya.

Memang agama Islam adalah terutama hidup dalam keseluruhan seginya, sebagai satu-satunya tuntunan sempurna bagi kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Seorang Muslim menerima dan menghayati Islam dalam 100% keseluruhannya, tanpa satu segi yang dikecualikan.

Dalam rangka itulah wajar setiap Muslim bersyukur bahwa tampil dimana-mana organisasi remaja masjid. Remaja kita tertarik kembali kepada masjid, masjid yang adalah tempat spesial bagi beribadah, bagi berbakti kepada Allah, tempat spesial bagi meneguhkan tali hubungan kepada Allah swt.

Kegiatan pendidikan remaja, kegiatan olahraga,kegiatan kesenian, kegiatan sosial, dll sebagainya, yang berpusat pada masjid, tentu beda sekali daripada kegiatan yang berpusat pada sekedar sekolah, pada sekedar gedung pemuda yang non-masjid, sekedar gedung olahraga yang non-masjid, sekedar perpustakaan yang non-masjid, dan sebagainya.

Kegiatan yang berpangkalan pada masjid, tidaklah bisa lepas daripada tali Allah, dan dengan itu dikembangkanlah motivasinya yang bukan untuk sesuatu yang lain, kecuali untuk mencari ridha Allah.

Sekedar contoh, misalnya kecakapan, kesenian, pencak silat atau karate yang diperoleh remaja bisa saja digunakan untuk maksud jahat. Tapi bagi remaja masjid, tidak bisa lain, ialah untuk sesuatu yang diridhai Allah swt.

Saya tidak akan perpanjang dengan contoh-contoh lain. Singkat pokoknya, kita masuk masjid, kita membangun dan membina masjid, kita memakmurkan masjid, kita membina remaja masjid, dll seterusnya, tidak lain ialah untuk menyembah Allah. Inilah niat kita!. red/mghfr
Lebih baru Lebih lama