Tipologi Orang Muttaqin Versi Prof Dr Thohir Luth


Tipologi manusia muttaqin adalah mereka yang satu sisi saleh secara pribadi sekaligus di sisi lain juga saleh secara sosial. Prof Dr Thohir Luth menyampaikan hal ini di depan ratusan warga Muhammadiyah Jember pada Pengajian Ahad Pagi PDM Ahad (14/5/17). Beliau mengisahkan seorang pria yang pada masa Rasulullah saw ketika hidupnya menjalani saleh secara pribadi dan saleh secara sosial, ketika si pria yang berangkat sholat Subuh menjumpai seorang tua dan kemudian menggendongnya ke arah masjid untuk melaksanakan sholat bersama.

Dalam al-Qur’an setiap perintah sholat seringkali diikuti dengan perintah zakat. Sholat menciptakan shaleh secara pribadi dan zakat merupakan aplikasi saleh secara sosial. Saleh secara sosial mengajarkan kita untuk prihatin, harus bertanggung jawab serta peduli dengan hal-hal di luar diri kita. Tidak cukup seorang manusia hanya sholat, haji, berdzikir dan pujian karena itu akan sangat berbahaya sebuah masyarakat kalau dia hanya saleh secara pribadi dan abai terhadap saleh sosial, artinya dia akan tutup mata dan telinga pada hal-hal di sekitarnya.

Kemudian, bahwa menjadi saleh secara pribadi dan saleh secara sosial di zaman ini tidak semudah membalikkan tangan. Apalagi di jaman globalisasi yang mudah menancapkan sikap kapitalisme dan individualisme. Dulu manusia menghadapi musuh yang tidak kelihatan, tetapi jaman sekarang kita akan melihat tuyul, demit, setan dan jin dalam bentuk manusia. Menyampaikan pengaruh bahkan lengkap dalilnya meski dalilnya dipaksakan hanya untuk membenarkan. Dan sebagian orang mudah sekali mengikutinya.

Melihat fenomena itu, Prof Thohir Luth mengatakan bahwa kita wajib menontoh diri Rasulullah saw, dimana tidak hanya saleh secara individu dengan memperhatikan diri dan keluarga, tapi juga memperhatikan sesama.

Lalu Ketua PWM Jawa Timur periode 2010-2015 ini menyatakan, manusia saleh secara pribadi dan saleh secara sosial maka dia tidak pernah meninggalkan doanya untuk kebaikan orang lain. Meskipun dia tidak bisa membantu orang lain dengan uang, maka bantu orang lain dengan doa kebaikan.

“Dan ingat, selalu melihatlah kebaikan orang lain dengan jujur,” ujar beliau. Selalu menghargai kebaikan orang dan selalu memaafkan kesalahan orang. Jujurlah pada diri kita dan selalu jujur melihat orang lain.

Kalau kita tidak suka dengan orang lain cukup sebagian yang kita tidak suka dari dia yang kita buang, jangan semuanya. Pilihlah yang kamu buang, karena di dalam itu pasti ada kebenaran.

Di akhir tausyiyahnya, Prof Thohir Luth mengajak kepada semua warga Muhammadiyah mengkonversi diri, menukar keberadaan diri kita dari berjihad demi kepentingan dirinya sendiri menjadi berjihad untuk diri kita dan orang lain. Dengan begitu akan terjaga kebaikan kita. Harta yang semula untuk diri sendiri maka sekarang untuk infaq, shodaqoh dan zakat. Itulah syarat mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. ● maghfur
Lebih baru Lebih lama