Melawan Impor Pangan Menggunakan Lahan Terlantar

Ketahanan pangan
Kedaulatan dan ketahanan pangan, photo SPI.or.id
Kuota impor pangan Indonesia selalu menjadi masalah besar, padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah subur, bahkan sering kali kita mendengar sebuah pribahasa yang tidak asing “melempar tongkat akan menjadi pohon”. Pribahasa tersebut bukan hanya sekedar cerita tanpa fakta, kenyataannya memang tanah Indonesia sangatlah subur.

Pemerintah harus bertindak tegas mengatasinya, jika tidak petani Indonesia akan selalu menjadi korban sistim yang tidak memperhatikan kesejahteraan petani. Selain memberantas mafia pangan, solusi yang dapat ditempuh dengan cara memanfaatkan lahan terlantar milik negara.

Salah satu lahan potensial adalah lahan milik PT. KAI, sebagai moda transpotasi darat dan tergolong kaya aset, seharusnya pihak berwenang mengusut keberadaan aset-aset tersebut agar dapat bermanfaat dan lebih diberdayakan dalam upaya meningkatkan pendapatan Negara.

Di pulau Jawa saja, terdapat sekitar 4.000 Km jalur kereta api, seharusnya tepian rel kereta tersebut dapat diberi tanaman jagung, ubi jalar, ketela pohon dan lainnya, seperti yang sudah penulis saksikan disepanjang jalur Banyuwangi-Jogjakarta, ternyata dapat tumbuh subur.

Namun yang penulis sesalkan, justru tepian rel kereta api tersebut tidak dikelola oleh pihak berwenang. Apabila tepian rel kereta minimal difungsikan 1.000 Km saja, maka jutaan bibit dapat ditanam. Apalagi menjelang musim hujan, sudah pasti tidak akan terlalu sulit mencari sumber pengairan.

Khusus untuk Kabupaten Jember, sepanjang rel kereta api yang masih aktif difungsikan akan sangat potensial, apalagi jalur selatan kereta api yang menghubungkan Lumajang ke Jember (melewati Kecamatan Kencong-Ambulu) masih terabaikan hingga saat ini.

Kondisi tersebut seharusnya menjadi koreksi dari persyarikatan Muhammadiyah dalam mendorong pengusutan aset-aset serta terwujudnya kemandirian pangan di Indonesia, terlebih pada lingkup Kabupaten Jember. Apalagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember memiliki basis kalangan intelektual pada amal usaha Universitas Muhammadiyah Jember yaitu Fakultas Pertanian sebagai ujung tombak untuk melakukan kajian lebih jauh dan mendalam.

Gambaran diatas hanya lahan terlantar milik PT. KAI, belum lahan-lahan lain yang dapat dikelola untuk mendongkrak hasil pangan Indonesia, sehingga peran pemerintah daerah selain sebagai penyedia bibit dan pupuk, juga bertugas meneliti kondisi lahan bersama persyarikatan Muhammadiyah untuk meningkatkan produksi pangan, solusi tersebut juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru, tentunya dengan pengawasan agar tepat sasaran.

Bahkan selama ini lembaga Muhammadiyah yang membuka jalan dakwahnya melalui cara-cara humanis melalui kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan juga dapat memberikan kontribusi lebih terhadap bidang pertanian. Fastabiqul Khairat.(*)


ditulis oleh :
Elok Rosyidah
Mahasiswa Pascasarjana Magister Ekonomi Univ. Jember
Tergabung dalam FOKALIMM Jember
Lebih baru Lebih lama